Tuesday 13 October 2015

Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran berdasarkan masalah (problem berbasis masalah) telah dikenal sejak zaman John Dewey, sebab secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada siswa situai masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan peyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dikutip Trianto, 2007:67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan  masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa   dijadikan pedoman dan tujuan belajar.
Ratumanan (dikutip Trianto, 2007:68) mengemukakan  bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran  proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa  untuk  memproses  informasi yang   sudah jadi dalam  benaknya dan   menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Selanjutnya, Arends (1997), mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir  tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti ‘pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), “pembelajaran berdasarkan pengalaman, “(expeience-based instruction), “belajar otentik (authentic learning)’ dan “pembelajaran bermakna (anchore).
Ibrahim (dikutip Trianto, 2007:70) mengemukakan bahwa pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Selain itu, siswa belajar berbagai peran orang dewasa melalui simulasi.

b. Ciri-Ciri Khusus Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Arends (2007: 392) berbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah (Kognitif & Teknologi Group di Vanderbilt, 1990; Gordon et. al, 2001; Krajcik, 1999; Slavin, madden, Dolan  &wasik, 1994; Torp 7 Sage, 1998) menggambarkan model pembelajaran sebagaimana ciri-ciri berikut ini. (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasi pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. (2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. (3) Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk  menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat  ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk ini dapat berupa laporan, model fisik, video maaupun program computer. (5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama  satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau diskusi

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran problem-based learning memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran ini adalah (1) membuat siswa lebih aktif; (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan per-masalahan dalam kehidupan sehari-hari,  (3) menimbulkan ide-ide baru,  (4) dapat meningkatkan keakraban dan kerja sama,  (5) pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
Sementara itu, kekurangan model pembelajaran ini adalah  (1) model pembelajaran problem-based learning yang biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa  yang malas semakin malas,  (2) siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model problem-based learning menuntut siswa yang lebih aktif,  (4) sangat   memerlukan kemampuan dan  keterampilan guru untuk me-nentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir anak,  (5) pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai  sumber untuk  memecahkan  masalah,   merupakan  kesulitan   tersendiri  bagi  siswa.
Hal penting yang harus diketahui adalah guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat. Selain itu, guru harus memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model  problem-based learning adalah bagaimana menangani siswa baik secara individu maupun kelompok yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model  problem-based learning siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas rangkap, dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut berbeda-beda (http://www.smkn2pandeglang.net/).
Hal yang tidak kalah penting dalam model problem-based learning adalah guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar  kelas termasuk  di dalamnya ketika melakukan penyelidikan  di masyarakat. 

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning dalam Menulis Argumentasi

Menurut Arend, (2007:399), langkah-langkah praktis yang harus  dilakukan oleh guru dan siswa dalam model problem-based learning  ada 5 tahap.  Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut. Tahap 1, yaitu orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk menunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap 2, yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3, yaitu  membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap 4, yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Tahap 5, yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.   
Berkaitan dengan langkah-langkah pelaksanaan aktivitas menulis argumentasi   di atas, Firdaus (2010:60) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut,  1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas memecahkan masalah yang dipilih.   2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan sebagainya. 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelaskan dan pemecahan masalah. 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan teman.  5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran problem-based learning  dari kedua ahli di atas, maka model pembelajaran problem-based learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1.      Orientasi siswa pada masalah

Guru bertanya kepada siswa tentang menulis argumentasi, yang meliputi hal-hal berikut ini:” Pernahkah kalian menulis karangan argumentasi?, Tema-tema apa saja yang kalian sukai?, Menurut kalian apakah menulis argumentasi itu sulit dilakukan?, Bagaimana cara agar membuat sebuah karangan argumentasi itu mudah dilakukan?”. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari itu, yakni bagaimana cara menulis karangan argumentasi. Tujuan akhir pembelajaran adalah menunjukkan pada siswa bahwa menulis argumentasi tidaklah sulit. Selanjutnya guru menunjukkan berbagai contoh  karangan argumentasi dari berbagai tema.

2.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa diberi kesempatan  memilih sendiri tema yang menjadi perhatiannya. Guru memotivasi siswa agar memilih tema yang sesuai dengan lingkungan kehidupannya. Guru menegaskan pada siswa bahwa tugas siswa adalah menulis karangan  argumentasi, yang berarti bahwa mereka harus mengungkapkan permasalahannya sesuai dengan pengalaman dan fakta-fakta yang ada di lapangan. Siswa berkesempatan untuk mengungkapkan permasalahan yang pernah mereka alami secara lisan disertai bukti/fakta-fakta yang mendukung.

3.      Membimbing penyelidikan (individual, karena jumlah kelas kecil

Mendorong siswa untuk menyiapkan dan mengungkapkan pengalamannya. Siswa diberi kesempatan melihat karangan siswa lain, baik dari perpustakaan sekolah maupun buku lain. Siswa didorong untuk melakukan eksperimen, yakni membuat karangan argumentasi dengan memperhatikan ciri-ciri karagan argumentasi,  

4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa  membuat karangan argumentasi sesuai dengan tema yang diilihnya. Selanjutnya siswa diajak melakukan editing terhadap karangan yang sudah dibuatnya, baik dari segi pilihan kata maupun struktur dan isi karangan argumentasi sampai siswa memahami dengan baik. Guru membantu siswa menyiapkan hasil karyanya dalam bentuk karangan yang sudah baik  untuk bisa dibaca oleh teman-temannya yang lain.

5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa membacakan hasil karyanya, dan siswa yang lain melakukan evaluasi  dengan  menggunakan kisi-kisi /instrumen penilaian yang sudah dipersiapkan guru dan sudah disebarkankepada siswa. Setelah membaca dan mengevaluasi pekerjaan siswa, guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran atau terhadap hasil karya siswa.   
Pada akhir pembelajaran guru melakukan tes akhir untuk seluruh siswa dengan menugaskan siswa membuat karangan argumentasi dari beberapa tema yang sudah dipersiapkan.

1 comment:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.net
    arena-domino.org
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete