a. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran berdasarkan masalah (problem berbasis masalah) telah dikenal
sejak zaman John Dewey, sebab secara umum pembelajaran berdasarkan masalah
terdiri atas menyajikan kepada siswa situai masalah yang otentik dan bermakna
yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan peyelidikan dan
inkuiri. Menurut Dewey (dikutip Trianto, 2007:67) belajar berdasarkan masalah
adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua
arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah
yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya
dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajar.
Ratumanan (dikutip Trianto, 2007:68)
mengemukakan bahwa pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Selanjutnya, Arends (1997), mengemukakan bahwa pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga
mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti ‘pembelajaran berdasarkan
proyek (project-based instruction),
“pembelajaran berdasarkan pengalaman, “(expeience-based
instruction), “belajar otentik (authentic
learning)’ dan “pembelajaran bermakna (anchore).
Ibrahim (dikutip Trianto, 2007:70) mengemukakan
bahwa pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual. Selain itu, siswa belajar
berbagai peran orang dewasa melalui simulasi.
b. Ciri-Ciri Khusus Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Arends (2007: 392) berbagai
pengembang pembelajaran berbasis masalah (Kognitif & Teknologi Group di
Vanderbilt, 1990; Gordon et. al, 2001; Krajcik, 1999; Slavin, madden,
Dolan &wasik, 1994; Torp 7 Sage,
1998) menggambarkan model pembelajaran sebagaimana ciri-ciri berikut ini. (1)
Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasi pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. (2) Berfokus pada
keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari
banyak mata pelajaran. (3) Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. (4)
Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk ini dapat berupa laporan, model
fisik, video maaupun program computer. (5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan
masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama
satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau diskusi
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model
pembelajaran problem-based learning
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran ini adalah (1)
membuat siswa lebih aktif; (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan per-masalahan dalam kehidupan sehari-hari, (3) menimbulkan ide-ide baru, (4) dapat meningkatkan keakraban dan kerja
sama, (5) pembelajaran ini membuat
pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
Sementara
itu, kekurangan model pembelajaran ini adalah
(1) model pembelajaran problem-based
learning yang biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas, (2) siswa merasa guru tidak pernah
menjelaskan karena model problem-based
learning menuntut siswa yang lebih aktif,
(4) sangat memerlukan kemampuan
dan keterampilan guru untuk me-nentukan
suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir
anak, (5) pembelajaran berdasarkan
masalah memerlukan berbagai sumber
untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.
Hal
penting yang harus diketahui adalah guru perlu memiliki seperangkat aturan yang
jelas agar pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat
menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat. Selain itu,
guru harus memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah
yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan
model problem-based learning adalah bagaimana menangani siswa baik secara
individu maupun kelompok yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang
terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun
kelompok berbeda-beda. Pada model problem-based learning siswa dimungkinkan
untuk mengerjakan tugas rangkap, dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut
berbeda-beda (http://www.smkn2pandeglang.net/).
Hal
yang tidak kalah penting dalam model problem-based
learning adalah guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan
santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka
melakukan penyelidikan di luar kelas
termasuk di dalamnya ketika melakukan
penyelidikan di masyarakat.
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning dalam Menulis Argumentasi
Menurut
Arend, (2007:399), langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam model problem-based learning ada 5 tahap. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut. Tahap
1, yaitu orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk menunculkan masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap 2, yaitu mengorganisasi
siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap
3, yaitu membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah. Tahap 4, yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya. Tahap 5, yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berkaitan
dengan langkah-langkah pelaksanaan aktivitas menulis argumentasi di atas, Firdaus (2010:60) mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut, 1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
memecahkan masalah yang dipilih. 2)
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan
sebagainya. 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelaskan dan pemecahan masalah. 4)
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan teman. 5) Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
Berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran problem-based
learning dari kedua ahli di atas,
maka model pembelajaran problem-based
learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Orientasi siswa pada masalah
Guru bertanya kepada siswa tentang menulis
argumentasi, yang meliputi hal-hal berikut ini:” Pernahkah kalian menulis karangan argumentasi?, Tema-tema apa saja yang
kalian sukai?, Menurut kalian apakah menulis argumentasi itu sulit dilakukan?,
Bagaimana cara agar membuat sebuah karangan argumentasi itu mudah dilakukan?”. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran hari itu, yakni bagaimana cara menulis karangan
argumentasi. Tujuan akhir pembelajaran adalah menunjukkan pada siswa bahwa
menulis argumentasi tidaklah sulit. Selanjutnya guru menunjukkan berbagai
contoh karangan argumentasi dari
berbagai tema.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Siswa diberi kesempatan memilih sendiri tema yang menjadi
perhatiannya. Guru memotivasi siswa agar memilih tema yang sesuai dengan
lingkungan kehidupannya. Guru menegaskan pada siswa bahwa tugas siswa adalah
menulis karangan argumentasi, yang
berarti bahwa mereka harus mengungkapkan permasalahannya sesuai dengan
pengalaman dan fakta-fakta yang ada di lapangan. Siswa berkesempatan untuk
mengungkapkan permasalahan yang pernah mereka alami secara lisan disertai
bukti/fakta-fakta yang mendukung.
3. Membimbing penyelidikan (individual, karena jumlah kelas kecil
Mendorong siswa untuk menyiapkan dan
mengungkapkan pengalamannya. Siswa
diberi kesempatan melihat karangan siswa lain, baik dari perpustakaan sekolah
maupun buku lain. Siswa didorong untuk melakukan eksperimen, yakni membuat
karangan argumentasi dengan memperhatikan ciri-ciri karagan argumentasi,
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswa
membuat karangan argumentasi sesuai dengan tema yang diilihnya.
Selanjutnya siswa diajak melakukan editing terhadap karangan yang sudah
dibuatnya, baik dari segi pilihan kata maupun struktur dan isi karangan argumentasi
sampai siswa memahami dengan baik. Guru membantu siswa menyiapkan hasil
karyanya dalam bentuk karangan yang sudah baik
untuk bisa dibaca oleh teman-temannya yang lain.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Siswa membacakan hasil karyanya, dan siswa
yang lain melakukan evaluasi dengan menggunakan kisi-kisi /instrumen penilaian
yang sudah dipersiapkan guru dan sudah disebarkankepada siswa. Setelah membaca
dan mengevaluasi pekerjaan siswa, guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
pembelajaran atau terhadap hasil karya siswa.
Pada akhir pembelajaran guru melakukan tes
akhir untuk seluruh siswa dengan menugaskan siswa membuat karangan argumentasi
dari beberapa tema yang sudah dipersiapkan.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.net
arena-domino.org
100% Memuaskan ^-^